Bagaimana Seonggok Kebahagiaan Itu Datang?
Ternyata bahagia tak didapatkan dengan uang, kekuasaan, kemewahan, pamer , sotoy, dan berdiam diri menjadi anti sosial. Karena menurutku mereka itu hanyalah alat.
Kebahagiaan definisiku terkadang didapatkan dari sebuah tongkrongan, wadah yang disediakan untuk saling mencela, mengejek satu sama lain tanpa tendensi dan bermaksud apa-apa. Menertawakan kebodohan, dan ya rasanya biasa saja karena semua itu waton mung guyon.
Tahun 1922, peraih nobel dan seorang fisikawan populer abad ke-20 yang identik dengan rambut berwarna putih dan menjulurkan lidah dalam potret dirinya yang terkenal, pernah menuliskan dua catatan sewaktu dirinya di Jepang berkaitan dengan kebahagiaan.
Saat itu seorang kurir di Imperial Hotel, Jepang datang untuk memberikan pesan. Karena sang kurir tidak mau diberikan uang tips. Akhirnya Einstein menuliskan dua catatan padanya. Salah satu catatan itu bertuliskan
"Hidup yang tenang dan sederhana akan membawa kebahagiaan, lebih daripada mengejar kesuksesan dan kegelisahan terus menerus yang diakibatnya"
Menariknya di tahun 2017, 95 tahun setelahnya. Catatan Albert Einstein tersebut laku mencapai US$ 1,56 juta atau sekitar Rp 21,1 miliar di balai lelang Yerussalem.
Seorang psikologis bernama Hurlock di tahun 1997 dalam bukunya Psikologi Perkembangan membeberkan tentang aspek kebahagiaan yang terkenal dengan 3A yaitu Acceptance (menerima), Afection (kasih sayang), Achievement (pencapaian).
Acceptance dalam bukunya dijelaskan tentang kebahagiaan adalah bagaimana individu memandang keadaan diri sendiri dan tidak membandingkan dengan orang lain.
Afection yang dimaksud adalah sikap penerimaan orang lain terhadap diri sendiri dan sebaliknya.
Dan Achievement di sini adalah tercapainya tujuan.
Kembali ke tongkrongan, bahwa mungkin benar tidak semua aspek yang disampaikan Hurlock ada di setiap tongkrongan. Namun yang jelas mempelajari ketiganya di satu perkumpulan yang mengasyikkan bisa didapatkan sekaligus, tinggal bagaimana masing masing individu menyikapi.
Masih ingat betul bagaimana dulu waktu SMA akan sangat menyesal apabila satu hari tidak datang ke sekolah. Bukan karena minat yang terlampau gila untuk bersekolah, melainkan ada rasa eman-eman (masih dipikirkan bahasa Indonesianya hehe) di mana kehilangan satu momen berkumpul bersama, entah di tongkrongan Bu Siti dekat SMA, Di warung Bu Ana depan SD Pius sampai jam 10 malam bahkan lebih saat akhir pekan, atau dari paginya bercelelekan (bercanda) ria di kelas bersama anak IPA 4.
Bagaimana lingkungan saat itu menghasilkan Acceptance dan Afection yang mudah, sekaligus Achievement yang begitu sederhana yaitu hanya ngumpul dan bercanda. Sampai - sampai di waktu SMA bareng bareng buat kaos PSK (kumpulan anak-anak tongkrongan) dan di bagian belakang kaos dituliskan
"Urip mung mampir Ngguyu"
(Hidup hanya numpang ketawa)
Sebegitu nyelelek (ini juga masih dicari bahasa Indonesianya) dan banyak hal yang harusnya tidak enteng untuk dilakukan karena memang berat dipikir dan dilakukan, berakhir dengan sangat enteng dibarengi perut yang sakit karena kebanyakan tertawa.
Diakhir ada harapan semoga kalian semua sehat-sehat kawan, dimanapun sekarang berada. See you on top, dan kabeh dadi wong sek manfaat nggo liane (semua jadi orang bermanfaat untuk yang lain). Amin.