Baswara Arunika
Persepsi dibangun atas dasar subjektif dan informasi minim. Begitulah yang tertulis di tembok sebelah timur sekolah, tulisan dari coretan pylox harga 23.000 satu kaleng warna kuning. Di bawahnya tertulis tanda tangan yang amat jelek, bertuliskan “Nawa”.
Ia amat tak menggubrisnya, dilaluinya jalan menuju gang buntu itu dengan perasaan menyesal. Pikirannya adalah seandainya saja. Sadar bahwa kata-kata itu adalah sejelek-jeleknya kata yang bisa dipikirkan dalam otak. Berharap untuk segera mereduksi dalam pikirannya.
Yang terdengar hanya suara teriakan seorang perempuan dan laki-laki. Tak lama suara pecahan kaca terdengar sesaat dirinya membuka pintu. Tak ada kalimat salam saat memasuki rumah itu, seperti layaknya tak ada salam saat masuk ke gerbang neraka.
Kamarnya ada di bagian depan, dan pertikaian antara dua sejoli yang dulu pernah jatuh cinta dan beranak pinak itu berada di bagian belakang rumah. Tak ada yang penting dari hal yang diributkan mereka. Misalnya, perdebatan tentang berapa sebenarnya jumlah kaki pada hewan kaki seribu atau sepenting memikirkan bagaimana laba laba kawin. Minggu kemarin hal yang diributkan adalah mengapa dua sisi mata koin berbeda gambarnya. Hari ini mungkin kenapa tikus bisa mati saat terkena injak motor.
Tapi, karena itu, suasana rumah menjadi tak pernah sepi. Dirinya yang extrovert menyenangi hal demikian, setidaknya rumahnya bukanlah kuburan yang sepi walau ramai penghuni. Atau layaknya pasar malam selepas hujan dengan tanpa pengunjung. Di kamarnya, hal yang paling menarik adalah kulkas satu pintu. Sebab di dalamnya selalu tersedia bir dingin rasa klepon dan manisan daun pepaya.
Tentang kehidupan, untuk kalangan marjinal dengan busana dan gaya hidup hedonis pada zaman ini, kancing baju di belakang dan lengan baju panjang sebelah ada tren yang sedang marak dibicarakan oleh sosialita tingkat dewa. Dua baju berwarna pink kelabu dengan renda renda di bawahnya adalah baju kesukaannya, yang pasti dengan kancing baju di belakang dan lengan kanan lebih panjang.
Selalu ada di balik pintu sebuah poster dengan pose koprol seorangbintang film ternama Tololsesampaikemarinpetang. Ya, Tololsesampaikemarinpetang adalah nama yang tidak mungkin tak dikenal di kalangan masyarakat proletar seantero galaksi. Keluarganya yang mampu meraup untung dari jualan celana dalam bersaku empat mampu menghasilkan triliun dolar dalam waktu 12,5 jam di pasar gelap dan menjadi inspirasi bagi kaum-kaum dungu yang ingin menjadi suhu.
Semua orang mengidolakannya. Termasuk laki-laki paruh baya yang duduk di bangku sekolah menengah atas yang sedang jatuh cinta dengan gadis berambut pirang anak seorang tukang cabut bulu ketiak di pasar MampiroDab. Laki-laki paruh baya yang mulai birahi melihat bulu tangan si gadis pirang, apalagi saat si gadis mengenakan pakaian mod, hippie atau beatnik. Memang begitu menawan gadis itu, tatkala rembulan jatuh di pelukan, Ia tetap bersinar dengan rambut long stratight nya yang selalu keramas tiap jam 16.27 dengan isi congek telinga nenek nenek.
Mari kembali ke kamarnya. Satu botol bir klepon dan cemilan keripik unggas santan.
Bersambung, sampai sesampainya.