Berbicara tentang Hobi
Tak lama, hujan kemudian turun. Lembar buku belum semuanya kelar. Hari juga masih separo dan jam mengisyaratkan solat dzuhur. Kerjaan hari ini cukup santai. Mengikuti kata hati untuk melakukan hal yang memang ingin dilakukan.
Sejenak berpikir tentang pagi yang terlambat. Tapi, memang seperti itulah naskah hari ini dibuat. Alasan alasan yang menggiring untuk mengucap syukur dalam hati. Melangkah ringan, melakukan tanpa beban.
Memang, manusia perlu hobi. Perlu mengalirkan hasrat pada dunia dunia kecil yang tak pernah melelahkan. Materi, waktu dan pikiran. Semesta mini yang tercipta dari akal dan keinginan. Merasa memiliki seutuhnya atau terkadang hanyalah kepuasan batin. Yang lainnya kadang berpikir sekedar melepas penat. Mengusir jenuh rutinitas, keluar dari lingkaran tuntutan kebiasaan.
Ada yang pernah bilang. Bahwa hobi yang diuangkan nantinya akan hilang sendirinya. Berevolusi menjadi rutinitas, jenuh dan membosankan. Kupikir, hobi yang diuangkan adalah barang yang sah. Tanpa mas kawin.
Hobi adalah sisi lain cerita. Yang tak cukup satu. Banyak kantong saku yang masih kosong. Kamu, bukanlah tembok untuk diri. Sang Asa akan iba, saat saat nikmat dunia hanya dibatasi dengan satu dua. Angka tak cukup dihitung sampai sepuluh.
Sedikit kutemukan hal menarik lain. Mengabadikan masa adalah mainan baru. Karena hobi tak butuh bagaimana nanti, maka ia adalah barang bebas untuk siapa saja memulai.