Catatan Kaki 3000 Mdpl
Aktifitas dimulai lebih awal. Satu Macaca telah tergantung di depan warung Mbok Yem. Pendaki biasa memanggilnya Temon. Monyet ekor panjang berjenis kelamin laki laki ini menjadi hewan penyambut tamu yang berkunjung di warung yang tertutup terpal dengan rangka bambu dan batang kayu. Warung yang menyediakan beragam makanan dan minuman di atas 3000 mdpl.
Dua kali seminggu anak mbok Yem yang berumuran sekitar 30an tahun mengambil logistik dan keperluan warung ke bawah. Menarik. Sebab, jika dirasakan membawa carrier dan seperangkatnya saja sudah cukup ngos-ngosan, apalagi berbagai makanan dan minuman yang dibawa dengan kardus-kardus. Belum kalau semisal di tengah jalan disambut hujan, apa tidak mubal.Sebagai seorang yang biasa hidup dengan masyarakat dan kebutuhan yang tidak teramat jauh. Tinggal di gunung, bersosial dengan para pendaki dan pemilik warung lain, rasanya kesepian juga turut hadir. Mungkin mereka menganggap itu sebagai ketenangan hidup.
Listrik dari panel surya menemani malam, dan hangat dari tungku adalah hiburan. Suara percikan api dari kayu-kayu yang dibakar dalam tungku menjadi teman melamun yang cukup membantu. Kehidupan dengan pilihan menarik.
Layaknya warung sederhana di desa desa, Mbok Yem dan anaknya menjajakan jualannya dengan digantung-gantung, gorengan yang cepat dingin dan teh hangat yang terburu buru dingin saat tak langsung diminum.
Akan sepadan kelelahan disambut air hangat yang mengalir di kerongkongan. Jalan berbatu dari pintu gerbang sampai jalatunda di pos 5 begitu cukup menguras tenaga. Usaha yang keras untuk menata batu batu menjadi jalan setapak untuk kondisi topografi yang naik turun. Belum cukup imajinasi untuk membayangkan butuh berapa lama persiapan material dalam pembuatan jalan ini.