Ceruk Aksa
Banyak yang akan menjadi kilas balik di kemudian hari. Ia berjalan begitu lirih, tanpa nada, tanpa gontai dan sepertinya tanpa nafas. Kemudian, letupan-letupan itu pergi begitu saja. Seolah-olah tanpa kata, tak jadi masalah.
Ada yang bertanya? Mengapa demikian hasrat menjadi pelabuhan pemberangkatan. Pasalnya, gemuruh rel kereta api tidak menemaninya dengan baik. Apalagi seseorang yang duduk di bangku sebelah telah turun di stasiun sebelumnya. Kereta segera berangkat.
Ada perbincangan yang menyenangkan, walau itu terjadi setelah 15 menit, yang masing-masing hanya memandang handphone. Tapi apapun basa basi di awal, obrolan singkat itu teramat sangat berkesan. Iya murni.
Apakah benar bahwa kenangan bisa terus disiram agar tetap tumbuh. Begitukah cara kerjanya, atau hanya sekedar asumsi dari pemikiran pendek sementara. Dan perlu berapa tahun sampai ia berbuah lebat dan menghidupi ekosistem yang ada.
Tak terlihat , sekedar dada kembang kempis dan hembusan keluar menenangkan. Beberapa nampak iba melihat jarum jam yang terus bergerak. Ada resolusi katanya di sarapan pagi hari kala tahun baru yang padahal akan terus menerus berganti. Ada warna, politik, abu rokok dan secerca harapan dari sebuah simfoni hidup dengan oktaf yang barangkali akan terus meninggi.
Sebuah kalimat tanya akan terus dipalu dengan paku tebal di balik punggung. Bahwa apakah ini sudah cukup? Untuk sekedar menjadikannya alasan bersyukur hari ini?
Selamat Tahun Baru
2024