Kotak Kasur dan Seprai Coklat.
Ada yang berbicara namun tak mendengar. Akan ada yang teriak namun belum pernah melangkah. Tangan yang melempar, sedang matanya tak pernah tahu apa itu. Bibir yang tak lagi berengsel, sedang hatinya mundur memanjatkan doa. Telinga yang mengecil dan kepala yang membesar.
Banyak yang bercanda tapi bukan di panggung. Begitu lucu, sampai setidaknya banyak orang tertidur dan risih.
Hidup memang sebercanda itu.
Senyuman yang dipaksa sedangkan hati kecut. Badan yang harus bergerak, tapi keinginan tak ada. Dan beberapa dibunuh oleh waktu. Ditenggelamkan oleh kemalasan. Serta dibakar oleh ketidakkonsistenan.
Kalimat itu telah lusuh.
Sedang berpakaian dan bercermin. Betapa rupa elok. Betapa rambut hitam kelap kelip. Takkan ada yang tertuduh, karena mata pancing sudah diisi cacing sebelumnya. Tusukannya sampai ke uluh hati. Ia pergi meninggalkan anak, istri dan sanak saudara dengan menggeliat.
Betapa sulitnya tidur di malam yang letih, pikir seseorang. Di lain sisi, penyesalan yang datang di penghujung waktu yang berganti hari.
Bubur itu tidak untuk diaduk kesekian kali. Tidak ada yang tahu akan mulai kapan, yang pasti doa tetap dipanjatkan, bahwa mungkin hari esok. Di mana hari masih cerah dan sunscreen tetap dilumurkan di pergelangan tangan.
Kaltara, 18 Juli 2023
AC sudah di angka 25 dan bersiap untuk tidur di kamar yang masih bau cat baru.