Mata yang Enak Dipandang

Ryan Prihantoro
2 min readAug 21, 2020

--

Terlepas seberapa lama kamu menahan sakit? Bukankah rumah sakit juga masih tempat kembali untuk orang yang sedang sakit? Terlepas dari itu semua, nampaknya kesembuhan atau kematian adalah tepi jurang dari dua kemungkinan. Kamu seseorang yang kuat.

Tubuh tubuh yang kaku, membeku hatinya sebab puisi yang dialunkan rendah hati tak menjadikannya lagi batu. Penuh dendam dan iri pada semesta yang sedang duduk di pangkuan ibunda tercinta. Kamu adalah sosok yang diidolakan seseorang yang bernafas di dunia.

Yang disebut dengan rumah apakah selalu tempat kembali. Atau sekedar persinggahan sementara sebelum melanjutkan kembali sebuah perjalanan sarat makna. Ada mereka tempat menggelar cerita-cerita.

Terlepas seberapa lama kamu berjalan? Bukankah berhenti adalah tepi jurang bagi ribuan langkah yang terlewati. Di balik sisi-sisi manusia dan kemanusiaannya, terdapat sebuah kotak kosong yang menerima siapa saja. Di setiap malam, siang dan waktu yang masih dimiliki setiap orang.

Di setiap ketidakpastian akan selalu ada yang mencari kepastian. Bukankah misteri hidup tak harus terjawab sekarang. Barangkali imajinasi yang diharapkan hari ini bukanlah kesempurnaan harapan di esok hari.

Kodrat sebagai pemilik kewajiban dan hak akan tetap sama. Namun, mencoba menyelesaikan kewajiban demi kewajiban dengan sedikit memikirkan hak-hak menjadi jalan pilihan yang perlu dicoba sekarang. Akan ada saatnya tertawa dan menangis bahagia. Semangat kalian.

Rasa tak enak muncul karena pemikiran yang berlebihan, membayangkan perkataan atau perbuatan yang kiranya tidak disukai orang. Tapi, kata maaf adalah solusi yang pasti. Bukan seperti gengsi yang melekat dan menjerat. Maaf akan menjadi mentari yang bersinar pagi hari.

Tak apa jika belum apa-apa. Umur dan hari ini cukup disyukuri. Esok akan selalu datang pagi hari dengan warna yang baru. Bukankah akan muncul pemandangan dan sejuknya udara setelah badai berhenti. Itu yang mungkin kamu bisa dapatkan di gunung.

Jika memang boleh berdoa pada suatu hal yang tidak semestinya, maka izinkanlah seseorang untuk berdoa. Namun, apakah adil apabila mereka telah menjalaninya dengan baik-baik saja. Maka, biarkan Tuhan menuliskan takdirnya dengan kalimat yang indah. Terkadang memang menyenangkan melihat matahari terbenam dari sebuah pantai di laut sana.

Memang, mata yang enak dipandang. Memandangnya adalah memahami semesta.

--

--

No responses yet