Menanyakan Kematian Tikus
Figur menjadi sarana baru menilai sesuatu. Layaknya Paslon Paslon politik, di mana sosok dan gambar adalah media memahami seseorang dengan banyak komentar. Selagi kucing masih senang bermain dengan tikus tangkapannya, celotehan yang sifatnya subjektif terus menerus bertelur di sosial media. Tikus yang matipun tak sungkan mengejek mereka yang hanya duduk dan mengetik beberapa kata. Untuk sekedar menunggu respon.
Ada yang kemudian meninggi selain tower dan tiang listrik. Begitupun sebaliknya, ada yang ingin merendah, lebih rendah daripada guguran daun yang jatuh. Acapnya, banyak yang mendengar tapi tak melihat, banyak telinga tapi tak mampu meraih, banyak tangan yang tak mampu berjalan dan banyak lidah yang tak pandai melihat. Koyakan pertama kucing pada tikus yang menjadi bangkai telah sampai di kaki sebelah kanan, terlihat warna merah dari luka yang menganga. Juga, warna tak lagi mengenal gelap. Sebab burung telah malu untuk lebih tinggi dari sifat manusia dan cacing tak punya ruang bergeliat, selagi tanah yang makin rendah diisi oleh sifat manusia.
Tetes tebu itu kemudian banyak, mengisi gelas yang tadinya kosong. Selimut merah juga telah ditata rapi. Setelan jas dan celana setelah diseterika menjadi patuh seketika. Warna yang menjadi gelap juga muncul dipojok sudut ruangan. Tak ada yang malu hari ini selain dirinya. Sebab, banyak tanda tak menimbulkan gejala, pun sebaliknya. Piweling dan waspada sudah menjadi kompos yang siap dipakai, dari yang sebelumnya telah terkubur lama bersama EM4 warna kuning.
Sebuah keniscayaan ditumbuhkan dari benih kepasrahan. Kosong tak lagi berisi dan tidak berarti ada. Kasur kemudian menjadi empuk, beberapa serangga telah selesai tahlilan tetangganya yang meninggal sore tadi. Pemakaman yang hening sebab kepala desa kaum Beetle sedang asyik berkencan dengan jabatan. Dan serangga gali kubur sudah hijrah ke tempat yang Ia anggap semestinya. Banyak yang bertanya, lantas siapa yang akan mengubur tikus yang telah menjadi bangkai. Jangankan kucing, menyentuhnya pun ogah ogahan.
Wsb, 10 Juli 2023