Menjadi Produktif Di Rumah Saat Pandemic Sekaligus Berpuasa
Kadang muncul pertanyaan tentang bagaimana menghabiskan hari saat berpuasa? Terlebih puasa kali ini cukup menarik karena dibarengi dengan pandemic yang sedang tenar-tenarnya. Sebelum puasapun kita harus mengurangi keluar rumah dan melakukan social distancing maupun physical distancing. Semoga kalian sehat-sehat semua di rumah dan selalu jaga imun di bulan yang penuh berkah.
Berbicara mengenai aktifitas di rumah, sebenarnya banyak cara untuk tetap produktif. Mengingat, dimanapun dan kapanpun rasanya bukan keadaan yang memengaruhi kita, tapi jika berkenan membalikkan perspektif bahwa kita yang memengaruhi keadaan akan sedikit menjadikan perbedaan.
Sore tadi ini membuka channel youtube 1 hari 1000 pesan, di sana ada beberapa tokoh yang popular dibidangnya masing-masing seperti Sujiwo Tedjo, Faisal Basri, Rocky Gerung dan Haris Azhar. Sekalian ngabuburit di rumah, menyimak salah satu tokoh yang ada yaitu ulasan keseharian Faisal Basri yang seorang ekonom terkenal menjadi pengalaman menarik.
Beliau banyak bercerita mengenai Indonesia hari ini dalam koridor ekonomi, berbagi tentang keoptimisan beliau pada generasi milenial yang mampu hadir sebagai sosok problem solver, tentang 4.0 di mana Indonesia masih sangat banyak yang juga tetap menjalankan 1.0, 2.0, 3.0 dan juga 4.0 itu sendiri. Serta, kehidupan beliau dalam berproses menjalani kehidupan.
Lalu apa hubungannya dengan produktif di rumah? Jadi di era serba teknologi sekarang. Kesempatan belajar menjadi terbuka lebih luas. Belajar sudah tidak lagi hanya dengan duduk di kelas memerlukan bangunan luas dengan buku yang tebal dengan acapkali ceramah atau penyampaian yang sedikit membuat kantuk. Terbantunya manusia dengan adanya teknologi menjadi lebih kentara. Semua bisa belajar apa saja, kapan saja dan dengan media yang tersedia misalnya internet, asal punya kuota hehe. Internet dan pirantinya cukup mampu menjadi wadah bagi pembelajar untuk mencari dan mengobati rasa penasaran akan suatu hal.
Namun, digaris bawahi bahwa belajar akan tetap harus memiliki guru sebagai pembimbing dan yang mengarahkan. Guru di sini juga tidak terbatas hanya mereka yang memiliki gelar saja melainkan orang lain yang memiliki kemampuan lebih dibidang yang ingin kita pelajari.
Kemudian, apa hubungannya belajar dengan produktif. Produktif menurut KBBI bisa diartikan sebagai bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar), mampu menghasilkan terus-menerus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru. Konsep produktif maupun produktivitas sendiri menurut Cahyono (1996) dikembangkan untuk mengukur besarnya kemampuan menghasilkan nilai tambah atas komponen masukan yang digunakan. Secara sederhana, masukan ini bisa didapatkan dengan belajar, baik itu belajar ilmu pengetahuan baru, keterampilan baru maupun bahasa asing.
Seperti menulis misalnya, banyak orang bilang bahwa menulis sebagai keterampilan adalah ekspresi yang dikeluarkan dari membaca. Jadi, semakin banyak kita membaca, maka akan semakin banyak yang bisa kita tuliskan. Selain itu, menulis juga menjadi suatu keterampilan yang dilatih dengan cara pembiasaan. Banyak yang melakukan program membiasakan untuk menulis. Misalnya #30harimenulis, jadi dalam kurun waktu 30 hari untuk setiap harinya diusahakan harus menulis, apapun bentuk dan isi tulisannya, yang kemudian hasil tulisan tersebut dibagikan di sosial media, Instagram misalnya. Barangkali bisa dicoba selama bulan Ramadhan.
Kegiatan kita yang sangat banyak di luar rumah, kemudian harus selalu di rumah saja butuh adaptasi lebih untuk tidak bermalas-malasan. Pasalnya saya dan mungkin banyak yang berpikiran sebelumnya bahwa di rumah adalah tempat yang paling pas untuk istirahat dan keluar dari kerjaan yang menumpuk-numpuk. Sedangkan, sekarang kegiatan kita dibatasi dan hanya boleh dilakukan di rumah saja.
Pengalaman saya, dan juga pernah disampaikan oleh ustadz Adi Hidayat tentang manajemen waktu bahwa kita perlu untuk membagi urusan duniawi dan akhirat dalam satu hari. Waktu tersebut kemudian dibagi siang dan malam hari. Persepsi yang digunakan adalah siang hari digunakan untuk beraktivitas dan malam hari digunakan untuk istirahat.
Memiliki jadwal kegiatan-kegiatan yang dilakukan di rumah menjadi cukup penting. Mendetailkan agenda yang dilakukan disertai dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya cukup membantu dalam menghabiskan hari, itung-itung biar puasanya gak kerasa. Membuat to do list pada agenda yang wajib dilakukan dan lembar lain untuk hal-hal yang ingin dilakukan. Pembagian waktu yang digunakan menjadi patokan adalah waktu solat. Solat tersebut digunakan sebagai check point untuk melihat agenda kita apakah telah terlaksana maupun belum.
Terakhir, kalimat yang saya sukai adalah semua yang tidak pernah dicoba akan tetap menjadi angan-angan. Kita hanya akan terus bermimpi tanpa pernah bangun tidur untuk mencapai mimpi tersebut. Jadi, selamat bersenang-senang di rumah, mencoba dan jangan lupa bahagia. Karena di rumah ada orang yang pernah bilang bahwa hakikat dan substansi manusia selain Lilahita’angala adalah harus bahagia.