Mereka Bercerita Menikmati Hidup
Menggunakan media yang saat ini telah tersedia. Bukan bermaksud apa, melainkan turut hadir barangkali supaya dikatakan manusia yang masih ada, bukan telah mati. Barangkali.
Selain itu karena memang bayangan di masa tua nanti. Di mana saat membaca koran pagi hari di teras rumah telah cukup bosan. Hiburan tentang burung yang ada di kandang juga mulai bosan. Sedangkan, anak anak telah merantau untuk melanjutkan pendidikan atau memulai kehidupannya dengan berumah tangga. Maka, saat saat seperti itu pas untuk membuka kembali kotak yang dari sekarang mulai diisi.
Baik itu podcast, foto, tulisan, video maupun hal lain yang disimpan secara digital. Mencari gratisan tempat menyimpan. Karena pertimbangan romantisme masa lalu akan menghibur diri pada saat saat tertentu. Serta, mengenang kenangan adalah fase di mana hidup acapkali baik untuk disyukuri.
Yang lainnya, hari ini, biarlah. Tetap berjalan dengan terkadang bayang bayang ketakutan. Sepertinya menjadi wajar dan akan dilampaui dengan biasa biasa saja. Tinggal mencari bagaimana cara menikmati.
Duduk sejajar, bercerita cangkul dari seorang petani loncang. Atau duduk bersama di trotoar menemani jualan pedagang bakso. Mendengar keluh kesahnya, mengekspresikan hidup dan bagaimana mereka mereka menikmati kehidupannya.
Lalu ada yang bilang bahwa materi bukan tujuan akhir hidup bahagia. Ia hanya alat. Layaknya pisau dapur, gelas kaca yang diisi kopi dan benda benda mistis lain yang dianggap mampu menyimpan jin.
Namun, benang merahnya tetap sama. Tentang bagaimana menikmati hidup, untuk menikmati rasa sakit, gagal, sedih, takut, senang, duka dan semua yang bisa dirangkul oleh rasa.
Wonosobo, September 2020