Mimpinya Tertutup Rapat Di Toples Kaca
Sumber gambar : @idcwalaa
Ia menyesal di kemudian hari. Menepi dari hiruk pikuk duniawi yang ramai. Mengakhiri masa pencariannya dengan duduk di sofa ruang tamu.
Mimpi mimpinya telah terbungkus di toples kaca, ditutup rapat. Ia tak ingin satu debupun masuk ke dalamnya. Hanya sayangnya, ia lupa kode untuk membuka tutup toples, padanan angka yang menjadi sandi begitu saja lupa dari ingatan. Mimpinya terbungkus rapi di dalamnya, untuk dilihat bukan diciptakan.
Terkadang beranjak dari kursi, mengambil pisau dapur, memasak dan memuaskan hasrat lapar. Terkadang bangun dari kursi, menekan tombol televisi, membunuh waktu dengan menatap layar 21 inch. Begitulah caranya untuk menyesali mimpi yang tak bisa dibuka dari toples yang tertutup rapat.
Ia pernah memiliki guru, dimana Ia diajarkan segala hal. Dari cara buang air besar dan air kecil yang benar, cara memanjat kelapa, memberikan minum untuk sapi dan domba dan cara mendekati seorang perempuan.
Namun, sayangnya guru yang sangat baik itu lupa mengajarinya satu hal. Tentang bagaimana membuat mimpi yang baru, di mana saat saat ini Ia sangat butuh mimpi baru. Merangkainya menjadi sebuah yang utuh untuk segera dikejar, bukan lagi hanya disimpan di toples dan tertutup rapat.
Guru itu layaknya seorang tukang kebun, pakaiannya tak pernah bersih dari tanah tanah yang menempel di kaos putih dengan sobek di beberapa tempat. Di kepalanya selalu tertempel topi yang orang bilang topi memancing dan celana pendek 3/4 di mana saku kanan berisi rokok kretek 76 dan saku kiri berisi korek hasil curian di pos ronda. Sosok seperti ini yang menjadi gurunya.
Sosok yang sempurna untuk memberikan pelajaran hidup. Namun, sosok yang lupa untuk memberikan tips and trik bagaimana menciptakan mimpi baru.
Dengan kebuntuan yang berlarut larut. Ia memutuskan untuk mencoba hal baru. Yaitu menyalakan televisi dan ia tinggal memasak tanpa menonton televisi itu. Sekarang, tak ada lagi kursi yang ia duduki di ruang tengah, Ia menciptakan suasana baru di ruang tengah, menjual semua kursi dan membeli karpet tipis sebagai pengganti isi di ruang tamunya. Perihal memasak, ia mencoba memotong motong bahan masakan menggunakan tangan kiri, hasilnya cukup lama. Tapi itu yang ingin ia coba, sebelum menemukan mimpi yang baru.