Nabastala Renjana
Layaknya membuka lembaran buku secara acak. Pilihan terkadang datang di kalimat kalimat akhir pada setiap paragraf di tengah-tengah halaman. Ia akan menjadi penting, dikala membaca halaman tersebut saat ada kegairahan muncul. Tidak keburu ngantuk dan bersiap untuk terlelap.
Namun, apa yang menjadi menarik, Puan. Sayangnya, sapaan Puan menjadi gagu dengan terngiang-ngiang ucapan “Soliddd”. Tapi ini Puan yang lainnya. Ia yang nampaknya mulai menikmati hobinya dan terus menekuninya di sisa-sisa energi di penghujung akhir pekan selepas penatnya bekerja. Nampaknya.
Tak akan pernah ada yang berakhir. Dari cerita yang didongengkan oleh angin, bahkan terkadang burung yang sekedar melintas dan hinggap sesaat. Bagaimana raut wajahnya tetap mengingatkan tentang gunung, tentang laut, tentang buku, tentang kedai kopi, tentang pohon Jati (Tectona grandis), tentang Pusat Studi Lingkungan, tentang menulis, tentang bagaimana cara mendengarkan dengan seksama agar pencerita tetap akan menyelesaikan ceritanya yang sudah separuh diceritakan.
Selayaknya tentang pilihan. Mimpi-mimpi itu barangkali akan ditagih oleh awan. Pasalnya, banyak angan-angan yang masih nyangkut di sela-sela awan yang tak akan pernah menjadi hujan. Sebab, kalanya air hujan turun, maka mimpi itu akan melayang lebih tinggi lagi. Sampai benar-benar seperti kalimat Bapak Penyambung Lidah Rakyat, Ia akan jatuh di antara bintang-bintang.
Selayaknya tentang mimpi. Menyepakati bahwa waktu itu memang ada. Seminimal-minimalnya dengan tetap memiliki jam tangan yang dipasang di bagian pergelangan tangan bagian dalam. Mengamini bahwa ada hari yang terus berjalan, seorang anak katak yang siap menikah dan melahirkan banyak telur, sampai Ia berkelana untuk menikmati cara mati dengan elegan. Tak akan pernah ada yang diam dan terus bergerak.
Selayaknya tentang waktu. Banyak hal akan berubah. Mau tidak mau dan suka tidak suka. Untuknya, bukan lagi memilih angka di dadu yang dilempar. Sebab, ada pemilik semesta yang dengan sangat mudah membolak-balikkan, menukar, mengganti, menambah, mengurangi, menyublim barangkali dan memupuk agar berusaha tetap bertahan tumbuh.
Selayaknya tentang perubahan. Akan ada cerita yang menarik untuk didengarkan atau dibaca. Tanpa harus ada sebuah pertemuan. Tanpa harus saling memberikan sapaan. Sebab, kalimat itu akan tetap memiliki pembacanya sendiri, dengan dan tanpa sebab yang selayaknya.
Kalimantan Utara,
Januari 2024