Dekat Dekat Ini

Ryan Prihantoro
1 min readJan 21, 2020

--

Oke

Dari lagunya Pamungkas — Kenangan Manis. Hari ini berubah ke Kunto Aji — Rehat. Entah karena apa, padahal hampir 20 harian kemarin, lagu-lagu Pamungkas terus menerus mengiringi selama praktek PUPHL. Namun, entah karena bosan atau ada alasan lain, rasanya bernafas juga tak selancar biasanya. Tak ada apa-apa, hanya degup jantung yang sedikit tak normal amplitudonya.

Memulai dengan lagu baru, untuk yang terjadi selanjutnya biarlah, biar semesta bekerja. Yang terlewat agar cepat berlalu, jalan di depan juga masih belum terlihat. Suara Paulo Coelho terngiang-terngiang, aku tak ingin Aleph karena darinya kenangan buruk maupun kenangan manis rasanya tak mudah diterima. Aku ingin hidup untuk saat ini. Ya, kalimat yang sangat mewakili.

Jika keputusan adalah mutlak. Maka untuk mengejanya ingin rasanya untuk sedikit demi sedikit. Tak berlebihan dan secukupnya. Bibir tak ingin untuk menyampaikan apa-apa, bersama jari-jari dan huruf yang sedikit timbul di keyboard menyematkan beberapa kata menjadi kalimat. Mengakhiri khawatir dengan ungkapan yang tak lagi dibaca.

Bekerjalah nyanyian alam, dengannya rasa khawatir segera pergi. Lampu working space yang tak menyala, dapur yang terbuka. Lalu, sebenarnya apa yang ditakutkan. Sebuah lagu cukup untuk mengusir. Wallpaper hp juga tulisan.

Sebuah film mirip dengan ganja. Menghilangkan penat di otak, sebelum dia tahu. Ketakutan yang datang karena keterlanjuran. Takut akan ini, akan itu. Semuanya belum terjadi. Dan apakah akan terjadi? Seberapa besar dagumu menatap ke depan. Menghiasi hari tanpa ketakutan. Memastikan bahwa semuanya sebenarnya baik-baik saja.

Cukup terima kasih dan mohon maaf

--

--

No responses yet