Ritual Sunyi dan Remang
Bagian I
Istri dan anaknya tidak ada yang tahu. Terakhir, Ia hanya berpesan kepada mereka untuk jangan mengganggunya di kamar. Karena sebuah pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan, maka tak boleh seseorangpun mengganggu. Yah, pekerjaan tangan manusia di luar logika dan Ia sebagai hamba. Ia tak ingin mereka melihatnya dalam kesakitan. Menurutnya, itu hal yang wajib untuk tak diketahui mereka.
Apa salahnya dengan bermalam di depan sebuah dupa dan beberapa kembang. Bukankah ini sebuah kegiatan, seperti mandi, mencuci piring, dan tamasya misalnya. Sama-sama melakukan suatu hal. Hanya saja memang kegiatan ini dilakukan di tempat yang cenderung remang dan gelap. Serta bisa dilakukan seorang diri.
Pukul 23.45 adalah waktu yang pas untuk mengeksekusi. Kemarin cerita dari tetangga, bayi bekas aborsi yang di kubur di belakang rumah Pak RT hilang. Ada bekas galian, informasinya digali oleh anjing kampung yang lapar. Entah kebenarannya bagaimana, yang jelas ada bekas potongan daging yang tercecer dari dekat kubangan tanah bekas kuburan. Potongan yang tersisa berwarna kecoklatan, ada yang bila mirip hati, tapi karena terlalu kecil jadi tidak bisa diidentifikasi dengan jelas.
Diambilnya satu helai bunga kantil dan disangkutkan di sela-sela telinganya yang kecil. Kemudian mantra-mantra yang tak cukup mudah dipahami artinya dibacakan dengan khidmat. Tak ada ketegangan, hanya konsentrasi penuh. Ia pun tak bisa mengingat dan menghafal ayat demi ayat yang tertulis. Selalu ada secarik kertas yang dibungkus kain hitam bertali mori untuk menyimpan catatan mantra.
Dibaca dengan suara lirih tapi jelas. Tangannya tak menengadah selayaknya orang berdoa, tangannya tetap diam di lutut yang ditekuk kaki yang silah dan kedua matanya terkadang terbuka tertutup. Selalu, di saat mantra ini dibaca sebagai permulaan ritual tak pernah ada angin berhembus. Padahal jendela di ruangan itu tak pernah dikunci dan terbuka barang 5 cm. Tapi, sekali lagi, tak pernah ada angin yang masuk, hari demi hari saat ritual berjalan.
Ada kurang lebih 15 menit segala mantra telah dibaca, dengan beberapa kali proses yang perlu diulang satu dua kali. Tak sampai 30 menit ritual telah hampir selesai. Kemudian, sebuah hati ayam masih penuh dengan darah tiba-tiba muncul di atas tampah yang penuh dengan bunga, wewangian, dupa dan kemenyan yang dibakar. Hati ayam sebesar jempol kaki itu Ia pungut dan tanpa dibersihkan Ia makan tanpa dikunyah.