Sebuah Utas Tentang Cinta

Ryan Prihantoro
2 min readFeb 25, 2021

--

Ada yang berharap. Kemudian kecewa. Kemudiannya lagi kembali berharap, dan kecewa kembali. Beberapa menengok masa lalu, tersenyum manis, beberapa menjadi mimpi buruk, seakan dunia telah runtuh.

Sebuah keinginan muncul. Entah dikatakan sebagai pembodohan oleh rasa atau bukan, yang jelas bentuk wujud manusianya kalah dengan rasa. Jatuh cinta menghasilkan ironi. Namun, darinya sebuah kerajaan berdiri. Ada yang bersimpati, ada yang menengok untuk harta, atau mungkin tahta. Cinta itu kemudian semu.

Beberapa menjadi bekas yang tegas. Mencabik cabik kulitnya yang tipis. Menyayat bersamaan dengan garam yang ditabur di sela luka. Bagian bagian itu dimutilasi dan dikubur dalam sebuah kantong kecil. Tak mampu diingat, sebab begitu mengerikan, untuk sekedar dibayangkan.

Tentang cinta, ada yang berlibur di sebuah taman. Membawa tikar, baju ganti dan pernak pernik makanan. Bercumbu di hamparan bunga krisan dan anggrek hitam. Tak ada apapun yang mengganggu. Luasnya mata memandang diciptakan Sang Pencipta untuk mereka berdua. Menikmati pagi ke pagi, bahagia ke bahagia tanpa jeda.

Tentang cinta, ada rasa rindu. Sebuah benih yang mulai ditanam. Dirawat, untuk dibesarkan agar tumbuh. Mengingat di setiap detik. Memandang foto yang sama dan tak jenuh. Moodnya menjadi baik saat wajah cantik itu terpampang. Walaupun fisik hanyalah perantara, namun ia representatif dari wujud cinta yang disematkan pada seseorang. Muncul bayangan bayangan untuk ingin bertemu. Bergandengan tangan, menyusuri jalan, menikmati matahari terbenam, berjalan di atas pasir putih pantai dan rasa dingin di dalam tenda di atas puncak sebuah gunung. Hanya berdua, dan saling menikmati.

Tentang cinta, hamba pada Allah. Mencintai makhluknya, untuk sama sama menuju cinta yang utuh. Agar detik demi detik menjadi ritual menyembah yang khusyuk. Lebih mendekat, saling mengingat dan mengingatkan. Melangkah mendekat.

Tentang cinta, hanyalah fatamorgana. Yang pupus. Saat rasa itu dirawat sebatas mencintai makhluk. Tak ada hakikat, pun tujuan. Saat masih mencari benar dan salah. Sebab dalam cinta sesungguhnya, kesadaran telah menjadi tembok, untuk tahu batas batas, sehingga tak perlu lagi benar dan salah. Hanya tersisa baik.

Tentang cinta, malam mendekati pagi. Hawa dingin masuk di antara suara nyamuk yang patroli. Beberapa mata telah terpejam. Ada doa yang masih dilantunkan, pada dua manusia di kehidupan yang diberi panggilan Ibu dan Bapak. Sebuah cinta yang lainnya, lebih awal dan terus dirawat. Manusia yang menciptakan surga di dunia dan kunci surga untuk kembali pada cinta yang tunggal, nanti sekembalinya setelah permainan dunia fana berakhir.

Tentang cinta. Ikhtiar semaksimal mungkin, dan jalan satu satunya adalah jalani sebaik kau bisa. Kemudian, tengadahkan tangan. Melembutkan hati untuk menyampaikan doa sederhana. Semoga semuanya selamat dunia dan akhirat.

--

--

No responses yet