Tak Ada Di Pintu
Lakunya tiba tiba terhenti di persimpangan. Ia teringat belum mematikan kompor. Air itu pasti sudah mendidih. Ketakutannya berlanjut bahwa kemungkinan rumahnya bisa terbakar karena itu. Tanpa pikir panjang kemudian motornya memutar balik. Jalan yang padat ditembusnya kembali. Kini Ia mengejar kedaruratan kondisi.
Sampai di depan rumah. Buru buru motor itu di parkir. Ia berlari menuju pintu depan dan merogoh kunci rumah di saku celana jeans yang dikenakan. Namun naas, semua saku yang digerayangi tak ditemukan sama sekali kunci dengan gantungan digimon itu. Tas slempang kecil yang dikenakan kemudian dibuka, dicarinya dan tak ditemukan apapun. Seisi tas dikeluarkan, dengan di balik dan barang barang di dalamnya berhamburan di lantai keramik.
Tak ada apapun.
Kini kondisinya panik tingkat tinggi. Buru buru Ia lari menuju pintu belakang rumah. Dikunci. Ia mencari cari jendela yang kiranya bisa untuk dibuat masuk. Tak ada sama sekali. Sempat teringat bahwa ada linggis di samping pintu belakang rumah.
Pintu kayu itu dicongkel menggunakan linggis dan didobrak. Cukup lama. Dan akhirnya Ia bisa masuk. Menuju ke dapur dan dilihatnya ceret masih tergeletak di atas kompor. Tapi, kompor sudah mati saat Ia ingin mematikannya.
Berpikir keras, siapa yang mematikan kompor itu. Tak lama Ia ingat bahwa hari ini dia sudah ngopi. Ia lupa bahwa kopi yang diseduh menggunakan air mendidih yang dimasaknya pagi ini.
Gelas bekas kopinya masih tergeletak di westafel. Ampas kopi hitam itu masih ada di sana. Bersama dengan satu cangkir putih dan teh celup di dalamnya.
Ia bersyukur, rumahnya tak terbakar. Karena buru buru Ia kembali berangkat ke kantor, dan sepertinya akan telat. Saat melewati kamarnya, pintu lemari terbuka sebelah. Keset di depan kamarnya juga tidak ada. Tak dihiraukan karena Ia takut bosnya akan marah saat Ia terlambat lebih lama.
Ia keluar lewat pintu belakang dan menguncinya dengan seadanya. Bekas linggis itu juga masih ada. Yang penting terkunci pikirnya. Saat kembali menaiki motor, ia melihat pintu depan rumahnya terbuka. Barang di tasnya masih berantakan dengan tas slempang yang masih ada di sana.